Napster Bangkit Lagi: Diakuisisi Rp3,2 Triliun untuk Mengguncang Dunia Musik di Metaverse
- Sagita Fahrina Putri
- Apr 8
- 2 min read

Setelah 25 tahun sejak peluncurannya yang kontroversial, Napster—ikon musik digital era 2000-an—resmi diakuisisi oleh perusahaan teknologi 3D Infinite Reality senilai $207 juta atau sekitar Rp3,2 triliun. Akuisisi ini menjadi babak baru bagi Napster yang kini siap kembali, bukan sebagai platform streaming biasa, melainkan sebagai pusat hiburan musik di dunia virtual.
Dari File-Sharing ke Dunia Virtual
Diluncurkan pertama kali pada 1999 oleh Shawn Fanning dan Sean Parker, Napster menjadi pelopor dalam berbagi musik secara peer-to-peer. Meski hanya bertahan singkat dan dihentikan karena gugatan hukum dari industri musik (termasuk Metallica), Napster memicu revolusi besar dalam cara orang mengakses musik.
Setelah bangkrut dan berganti kepemilikan berkali-kali, Napster beberapa tahun terakhir hadir sebagai layanan streaming legal berbayar. Meski tidak setenar Spotify atau Apple Music, Napster mempertahankan basis pengguna setia dan hak lisensi musik yang bernilai.
Fokus Baru: Musik di Metaverse
Infinite Reality, yang dikenal sebagai perusahaan teknologi virtual dan Web3, melihat potensi besar dari warisan Napster. CEO mereka, John Acunto, menyampaikan bahwa Napster akan diubah menjadi ruang sosial interaktif bagi para penggemar dan musisi, termasuk konser virtual, pesta mendengarkan lagu, serta penjualan merchandise digital dan fisik.
"Industri streaming saat ini belum menyediakan ruang virtual bagi komunitas musik," kata Acunto. "Kami ingin menciptakan pengalaman musik yang menyatu dengan komunitas dan dunia virtual."
Dengan memanfaatkan infrastruktur Web3 milik Infinite Reality dan hak lisensi musik yang sudah dimiliki Napster, kolaborasi ini membuka jalan baru bagi artis untuk membangun koneksi lebih dekat dengan penggemarnya, lewat pengalaman interaktif berbasis dunia digital.
Napster, Kini Legal dan Siap Inovasi
CEO Napster saat ini, Jon Vlassopulos, mengatakan bahwa artis nantinya bisa menciptakan ruang virtual khusus—seperti pesta pantai untuk musisi reggae atau lounge digital—untuk berinteraksi langsung dengan penggemar.
Napster juga menyusul tren sejumlah merek legendaris yang “dihidupkan kembali” di era digital seperti Kodak dan Nokia. Namun kali ini, Napster kembali dengan pendekatan legal dan visi jangka panjang untuk membangun ekosistem musik digital masa depan.
Dengan masuknya Napster ke dalam strategi besar Infinite Reality, musik di metaverse bukan lagi sekadar wacana—tapi kemungkinan besar akan segera menjadi kenyataan.
Comments